Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

metrosurakarta
11/05/2025, 11/05/2025 WIB
Last Updated 2025-11-05T05:44:12Z
Metrokota

Dihadapan Jenazah Ayahandanya, Putra Mahkota Kukuhkan Sebagai PB XIV

Advertisement


METROKOTA - Di tengah suasana duka sejak kepergian Sinuhun PB XIII, pada Rabu siang tanggal 5 Nopember 2025, putra mahkota Keraton Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram mengucap ikrar kesetian dan kesanggupan meneruskan tahta Mataram Kasunanan Surakarta.

 

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat sang putra mahkota mengucapkan sumpah’

 

 “Mundhi dhawuh Sabda Dalem Sampéyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono XIII lumantar Kintaka Rukma Kekeraning Sri Nata Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Ingsun Kanjeng Gusti Pangéran Adipati Anom Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Naréndra Mataram, ing dina iki Rebo Legi, pat belas Jumadilawal Tahun Dal 1959, utawa kaping lima Nopèmber rong èwu selawé, hanglintir kaprabon Dalem minangka Sri Susuhunan Karaton Surakarta Hadiningrat, kanthi sesebutan SAMPÉYANDALEM INGKANG SINUHUN KANGJENG SUSUHUNAN PAKOE BOEWONO PATBELAS.”  


Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai Kusuma Dewayani selaku putra tertua PB XII menyatakan bahwa, langkah sang adik mengambil sumpah di hadapan jenazah ayahanda adalah bentuk penghormatan dan pelestarian adat yang sudah berjalan sejak zaman leluhur

 

 “Apa yang dilakukan Adipati Anom, Kanjeng Gusti Pangéran Adipati Anom Hamangkunegoro, adalah sesuai dengan adat Kasunanan. Dulu juga pernah terjadi di era para leluhur raja sebelumnya. Sumpah di hadapan jenazah ayahanda adalah simbol kesetiaan, bukan pelanggaran adat. Justru inilah cara kita menjaga kontinuitas kepemimpinan di Karaton,” Ujarnya dalam release tertulis

 

Labih jauh di katakan, dengan diucapkannya sumpah tersebut Keraton Kasunanan Surakarta tidak mengalami kekosongan kekuasaan. Segala prosesi adat dan tanggung jawab pemerintahan Karaton tetap berjalan sebagaimana mestinya di bawah kepemimpinan raja baru, Sampéyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono XIV.

 

Sumpah yang diucapkan di hadapan jenazah Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII itu bukan hanya tanda penerimaan tanggung jawab, melainkan pula perwujudan adat yang telah turun-temurun dijaga dalam tradisi keraton.

 

Dalam sejarah panjang Kasunanan Surakarta, penobatan di tengah suasana duka bukan hal baru. Proses hanglintir kaprabon atau pengambilan tahta di hadapan jenazah raja sebelumnya telah terjadi di masa lalu, menandakan kesinambungan kepemimpinan dan keluhuran adat yang tak boleh terputus.


Suasana haru menyelimuti saat Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIV menyalami dan memeluk saudaranya usai prosesi pengucapan sumpah. Tangis keluarga dan abdi dalem bercampur dengan getar kebanggaan, karena di tengah duka yang mendalam, Surakarta tetap memiliki penerus sah yang akan menjaga marwah dan martabat Karaton.

 

Kanjeng Gusti Pangéran Adipati Anom Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Naréndra Mataram merupakan putra termuda Sinuhun PB XIII dari istri permaisuri GKR Pakubuwanan.

 

Sementara itu, isu suksesi di Keraton Surakarta kini memasuki babak baru setelah sang putra mahkota mengambil sumpah memikul tanggung jawab keberlanjutan PB XIII di Keraton Surakarta. 

(red)