Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

metrosurakarta
11/14/2025, 11/14/2025 WIB
Last Updated 2025-11-14T11:06:07Z
MetrokotaPariwisata

Berikut Rute Kirab Jumenengan PB XIV

Advertisement
acara jumpa pers yg di gelar Gusti Timoer.


METROKOTA- Berbagai persiapan acara jumenengan putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta sebagai PB XIV sudah hampir matang semuanya. Baik pada prosesi adat yang ada di Dalem Ageng, sampai dengan prosesi kirab yang rencananya akan di gelar pada Sabtu siang sekitar pukul 12.00 WIB. 


Keterangan tersebut di sampaikan oleh GKR Timoer kepada awak media, saat menggelar konferensi pers di Keraton Kasunanan Surakarta. 


Dari susunan acara yang di sampaikan oleh putra tertua almarhum PB XIII tersebut di terangkan, bahwa prosesi tata cara jumenengan dalem Binayangkare Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) PB XIV di mulai pada pukul 10.00WIB dari dalam Dalem Ageng.


Selanjutnya upacara keprabon Dalem menuju ke sitihinggil. Di sitihinggil PB XIV melakukan sumpah dan sabda disusul dengan salvo dan meriam. 


Kemudian di lanjutkan kirab dengan rute di awali dari Sasanasumewa, alun alun lor, Gladag, Telkom, Loji Wetan, Perempatan Baturono, Gemblegan, Nonongan, Gladag, Alun alun lor dan kembali ke Pagelaran. 


Sementara itu terkait dengan prosesi upacara jumenengan apakah ada yang beda dengan prosesi jumenengan raja raja sebelumnya. 


Gusti Timoer selaku  putra tertua PB XIII menyampaikan, bahwa seluruh proses upacara adat mengacu pada literasi tradisi yang sudah berlangsung di Keraton Surakarta sejak kepemimpinan ayahanda, kakeknya (PB XII), bahkan juga mengambil literasi dimasa kepemimpinan PB X. 


Rencananya kirab akan di ikuti kerabat, sentana dan para abdi dalem, jelasnya.


Selaku sesepuh di lingkungan keluarga dan kerabat PB XIII, KGPH Dipokusuma atau Gusti Dipo menerangkan bahwa prosesi jumenengan merupakan rangkaian penobatan raja yang harus di lakukan melalui berbagai proses upacara adat ritual maupun spiritual. 


Mengutip filosofi bangunan Keraton Surakarta sebagai simbol Sangkan paraning dumadi, Gusti Dipo mengungkapkan, jika sebutan nama yang di sandang oleh seorang raja memiliki makna yang sangat dalam, sehingga tidak bisa begitu saja di pakai.


Butuh proses perjalanan spiritual dalam upacara adat yang harus di lakukan, jelasnya.