Advertisement
METROKOTA- Di tengah himpitan kemajuan technologi dunia digital yang kian maju seperti sekarang ini, radio komunitas rupanya masih bertahan eksistensinya di tengah hiruk pikuk suasana keramaian pasar.
Radio
komunitas adalah jaringan radio berbasis kabel yang kerap kita jumpai dan dengar
suaranya di plasa dan mall. Dalam keseharian, radio komunitas tidak hanya teman
bagi para pedagang dan pengunjung agar mereka tidak jenuh beraktivitas di pasar,
namun juga dapat menjadi sarana untuk menyajikan informasi dan menawarkan
barang dagangan.
Bagi
sebagian orang, radio komunitas kadang juga di nyinyir karena dianggap hanya memperdengarkan
lagu lagu di tengah keramain pasar. Akan tetapi jika kita melihat lebih jauh
lagi fungsi radio komunitas, ia juga mampu menyajikan informasi sejalan dengan kode
etik jurnalistik.
Jika media
online dan televisi menyajikan berita melalui karya tertulis dan audio visual,
radio komunitas menyajikan informasi melalui siaran audio.
Eksistensi radio
komunitas di Kota Solo saat ini masih dapat kita jumpai di Pasar Klewer. Tak
kurang dari 30 tahun Lusi Caritas mengelola radio komunitas di Pasar Klewer.
Sehingga dia bisa menyampaikan suka duka selama menggeluti profesi tersebut.
Lantas apa
suka duka mengelola radio komunitas?
Kepada metrosurakarta
Lusi mengungkapkan suka duka mengelola radio komunitas di Pasar Klewer.
Hal yang
membuat para penyiar radio komunitas kena semprot para pedagang yakni, apabila sang
penyiar lupa melantukan suara adzan saat tiba waktu sholat.
Selain itu
untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional beserta honor para penyiar, Lusi harus
bekerja keras mencari iklan untuk kebutuhan tersebut.
Di tengah situasi
dan kondisi ekonomi seperti sekarang ini, mencari iklan bukanlah hal yang mudah
dilakukan. Belum lagi kebutuhan biaya perawatan jaringan kabel yang harus di maintenance
setiap waktu tertentu.
‘ Itu juga
membutuhkan biaya perawatan’ Jelasnya.
Kebutuhan biaya tersebut bahkan di ungkapkan oleh Lusi bisa mencapai ratusan juta rupiah, seperti pada saat pasar klewer kebakaran puluhan tahun silam. Semua perangkat radio komunitas yang di kelolanya hangus terbakar. Sehingga ia harus mencari uang untuk membangun jaringan radio yang baru.
Sementara itu rasa suka dan gembira dia rasakan saat musim lebaran tiba. Banyak pedagang memberikan hadiah lebaran seperti baju, kain dan kebutuhan lainya.
Hasil dari jerih
payahnya mengelola radio komunitas selama ini, Lusi berhasil menyekolahkan anaknya
di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Ia juga membantu menopang kehidupan keluarganya.
Meski
secara hitung hitungan matematika, uang dari hasil jerih payah dia mengelola
radio komunitas masih jauh dari cukup, tetapi dengan rasa syukur dan iklas
menerima, Lusi mampu mencukupi berbagai
kebutuhan hidup keluarganya.
Di
ceritakan sebelum dia menekui radio komunitas di Pasar Klewer, Lusi pernah
bekerja menjadi salah seorang penyiar di sebuah radio ternama di Kota Solo. Namun
sejak dia di beri tanggung jawab mengelola radio komunitas di Singosaren Plasa
pada waktu itu, Lusi kemudian resend dari pekerjaanya.
Bagi Lusi,
menjadi pengelola radio komunitas juga tidak menghilangkan hobi dan profesinya
sebagai seorang penyiar.
Setelah
beberapa tahun mengelola radio komunitas di Singosaren Plasa, Lusi lantas
mengembangkan usahanya di pasar klewer. Dua radio komunitas, satu di pasar
klewer lama dan satunya lagi di pasar klewer timur di kelolanya.
Radio
komunitas Pasar Klewer Timur kata Lusi, milik paguyuban pedagang yang di serahkan
tanggung jawab pengelolaanya.
Oleh karena
itu sebagai pihak penanggung jawab, Lusi tidak hanya berusaha terus memberikan
yang terbaik untuk para pendengarnya, tetapi juga menyapa para pedagang dan
pembeli agar ada interaksi dan jalinan silaturahami yang membuat para pembeli
betah berbelanja di pasar klewer.
(Djoko)

