Advertisement
PERISTIWA_ Ketua Pusat Lembaga Kabudayan Jawi
(PLKJ) Undha AUB Surakarta, Dr. Anggoro Panji Nugroho, M.M, mengapresiasi
langkah diplomasi Presiden RI Prabowo Subianto memulangkan ribuan artefak ke Indonesia
yang dulu pernah di bawa ke Belanda pada masa kolonialisme.
Pengembalian artefak tersebut kata
Anggoro tidak hanya memiliki peran penting melengkapi puzzle puzzle sejarah
Nusantara yang hilang, namun lebih dari itu juga sebagai bahan penelitian dan
edukasi sejarah Nusantara.
Anggoro berharap artefak yang di
kembalikan tidak hanya benda cagar budaya , tetapi juga ribuan manuskrip yang
saat ini masih tersimpan di Belanda. Sebab manuskrip manuskrip tersebut tentu
saja tidak hanya berisi tentang kebudayaan dan peradaban sejarah Nusantara, namun
juga ilmu pengetahuan milik Bangsa Nusantara.
Sehingga akan membuka kembali
ingatan bangsa ini pada kejayaan Nusantara di masa silam.
Sebab hanya dengan mengingat kembali,
serta mengambil pengetahuan atas pencapaian kejayaan suatu bangsa di masa silam
selaras dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini tanpa mengurangi nilai
nilai luhur budaya yang ada di dalamnya, Bangsa Indonesia akan mencapai cita
cita seperti kejayaan Bangsa Nusantara di masa silam.
Meski diakui oleh Ketua PLKJ,
terkait dengan persoalan sejarah bangsa tentu selalu ada, pro dan kontra.
Jika menyadari dan memahami betapa luhurnya peradaban budaya Bangsa Nusantara, kita sebagai generasi penerus tentu merasa sangat bangga.
Dari kebanggan tersebut akan tumbuh rasa cinta untuk menjaga dan melestarikanya.
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika
generasi penerus sebuah bangsa akan semakin jauh kecintaanya pada bangsa dan negara, akibat mereka sudah tidak mengenal lagi sejarah dan budaya bangsanya sendiri.
Pesatnya perkembangan teknologi yang ada saat ini membuat kolonialisme tidak lagi di lakukan dengan cara mengokang
senjata, tetapi melalui kolonialisme digital.
Mereka menjajah lewat penyajian
informasi yang terstruktur serta massif di konsumsi para pengguna gawai, sehingga
akan mempengaruhi maidset masyarakat. Setiap hari media digital dipenuhi sampah
Informasi yang sulit dibedakan mana berita yang benar dan mana berita hoaks.
Kondisi tersebut membuat masyarakat
khususnya para generasi muda akan kehilangan jati diri. Lupa sejarah bangsanya
sendiri, lupa budaya bangsanya sendiri, lupa kemajuan peradaban bangsanya
sendiri.
Kehilangan kepribadian tersebut bukan saja berimbas makin hilangnya kepedulian mereka kepada bangsa dan negara, tetapi akan menjadikan generasi muda mudah di kendalikan dan di setir oleh para kaum penjajah.
Kekhawatiran hilangnya jati diri bangsa
ini sejak dulu sudah di ingatkan oleh para leluhur Nusantara melalui nasehat eling
lan waspada.
Menghadapi kehidupan maju dan
modern, Eling bukan sekedar mengingat sebuah nasehat tetapi mengingat
dalam konteks kehidupan universal yang lebih luas.
Yaitu hubungan individu manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Serta hubungan antara
manusia dengan alam dan Tuhan Sang Maha Pencipta-Nya.
Dalam hubungan bermasyarakat, kita
sejak kecil di ajarkan budaya perilaku saling menghormati antar sesama. Juga saling
menghormati dan menjaga hubungan manusia dengan mahkluk lain ciptaan Tuhan.
Perilaku hidup saling menjaga dan
menghormati tersebut sudah di lakukan oleh bangsa Nusantara sejak ribuan tahun
silam bukan tanpa sebab. Karena para leluhur Nusantara memahami betul bahwa
untuk menjaga keberlangsungan alam semesta, manusia harus baik untuk diri
sendiri maupun mahkluk lain.
Budaya menghormati dan menghargai
sudah di ajarkan sejak kita masih kecil. Selama ribuan tahun budaya tersebut di
jaga secara turun temurun oleh para leluhur Bangsa Nusantara, sehingga menjadi
karakter masyarakat yang berbudi pekerti, serta mendasarkan nilai nilai budaya pada
cipta, rasa dan karsa.
Tiga hal yang ada dalam diri manusia
yaitu intelektual, emosional dan spiritual.
Dalam konteks yang lebih luas, budi
pekerti adalah menjunjung tinggi nilai nilai kearifan yang ada di tengah Masyarakat.
Sehingga masing masing suku di Nusantara memiliki karakter budi pekerti yang
bersumber dari ajaran luhur kebaikan dan keseimbangan alam semesta.
Ajaran luhur kebaikan dan
keseimbangan alam semesta tersebut adalah bentuk kesadaran bangsa Nusantara
terhadap Tuhan Sang Maha Kuasa, bahwa semua kehidupan yang ada di alam semesta
ini berjalan atas kehendak Tuhan.
Sedangkan waspada adalah kesadaran
timbulnya sebab dari suatu akibat, atau perilaku kita sebagai manusia yang kerap
mengedepankan nafsu dalam segala hal. Melalui sikap hidup waspada, para leluhur
Nusantara mengingatkan kepada para anak cucu dampak dari sebuah perilaku
kehidupan. Baik buruk perilaku itu tetap akan memiliki akibat.
Dalam konteks yang lebih luas dampak
tersebut tidak hanya berimbas kepada masyarakat, bangsa dan negara, tetapi juga
alam semesta.
Kesadaran eling lan waspada dalam
konteks sejarah adalah mengingatkan kita para generasi muda tentang kepribadian,
jatidiri dan karakter bangsa Nusantara yang harus di pegang teguh, di jaga dan
di lestarikan.
Karena jika kita tidak ingat dan
mewaspadai ekses hilangnya kepribadian, karakter dan jatidiri, maka masa depan bangsa
ini akan gagal, jauh dari harapan cita cita para leluhur.
Oleh karena itu rencana pengembalian
ribuan artefak dari Belanda hasil diplomasi Presiden Prabowo tentu sangat kita harapkan
dan syukuri. Setidaknya akan menambah sebagian puzzle sejarah yang sudah sekian
lama hilang dari bumi Nusantara.
Sekaligus akan mempertebal khasanah
ilmu pengetahuan dalam dunia Pendidikan di tanah air.
Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan
di harapkan dapat memberikan akses kemudahan untuk para peneliti, lembaga pendidikan
dan para pelestari sejarah, agar harta karun peninggalan sejarah yang tak
ternilai tersebut memiliki guna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Sebelumya di beritakan, Presiden
Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Belanda akan mengembalikan 30.000 artefak
yang pernah dibawa dari Indonesia.
Pengembalian artefak tersebut di ungkapkan saat Presiden Prabowo bertemu Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda, pada Jumat (26/9/2025).
"Di Belanda saya diterima dengan sangat
baik oleh Raja. Dan Belanda mengembalikan 30.000 item artefak. 30.000 item yang
mereka bawa dari Indonesia dikembalikan ke kita," Jelas Presiden Prabowo
di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dikutip dari YouTube Sekretariat
Presiden.
Belanda lanjut Presiden Prabowo, ingin
memelihara hubungan baik dengan Indonesia.
Ratu Máxima imbuhnya lagi, akan
datang ke Indonesia pada bulan November mendatang. Kedatangannya dalam rangka
berdiskusi soal keuangan.

