Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

metrosurakarta
9/29/2025, 9/29/2025 WIB
Last Updated 2025-10-19T14:45:19Z
BudayaPeristiwa

PLKJ Apresiasi Pengembalian Ribuan Artefak Dari Belanda Hasil Diplomasi Presiden Prabowo

Advertisement

 


PERISTIWA_ Ketua Pusat Lembaga Kabudayan Jawi (PLKJ) Undha AUB Surakarta, Dr. Anggoro Panji Nugroho, M.M, mengapresiasi langkah diplomasi Presiden RI Prabowo Subianto memulangkan ribuan artefak ke Indonesia yang dulu pernah di bawa ke Belanda pada masa kolonialisme.


Pengembalian artefak tersebut kata Anggoro tidak hanya memiliki peran penting melengkapi puzzle puzzle sejarah Nusantara yang hilang, namun lebih dari itu juga sebagai bahan penelitian dan edukasi sejarah Nusantara.


Dr, Anggoro Panji Nugroho,M.M

Anggoro berharap artefak yang di kembalikan tidak hanya benda cagar budaya , tetapi juga ribuan manuskrip yang saat ini masih tersimpan di Belanda. Sebab manuskrip manuskrip tersebut tentu saja tidak hanya berisi tentang kebudayaan dan peradaban sejarah Nusantara, namun juga ilmu pengetahuan milik Bangsa Nusantara.


Sehingga akan membuka kembali ingatan bangsa ini pada kejayaan Nusantara di masa silam.


Sebab hanya dengan mengingat kembali, serta mengambil pengetahuan atas pencapaian kejayaan suatu bangsa di masa silam selaras dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini tanpa mengurangi nilai nilai luhur budaya yang ada di dalamnya, Bangsa Indonesia akan mencapai cita cita seperti kejayaan Bangsa Nusantara di masa silam.


Meski diakui oleh Ketua PLKJ, terkait dengan persoalan sejarah bangsa tentu selalu ada,  pro dan kontra.


Jika menyadari dan memahami betapa luhurnya peradaban budaya Bangsa Nusantara, kita sebagai generasi penerus tentu merasa sangat bangga.


Dari kebanggan tersebut akan tumbuh rasa cinta  untuk menjaga dan melestarikanya.


Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika generasi penerus sebuah bangsa akan semakin jauh kecintaanya pada bangsa dan negara, akibat mereka sudah tidak mengenal lagi sejarah dan budaya bangsanya sendiri.


Pesatnya perkembangan teknologi yang ada saat ini membuat kolonialisme tidak lagi di lakukan dengan cara mengokang senjata, tetapi melalui kolonialisme digital.


Mereka menjajah lewat penyajian informasi yang terstruktur serta massif di konsumsi para pengguna gawai, sehingga akan mempengaruhi maidset masyarakat. Setiap hari media digital dipenuhi sampah Informasi yang sulit dibedakan mana berita yang benar dan mana berita hoaks.


Kondisi tersebut membuat masyarakat khususnya para generasi muda akan kehilangan jati diri. Lupa sejarah bangsanya sendiri, lupa budaya bangsanya sendiri, lupa kemajuan peradaban bangsanya sendiri.

Kehilangan kepribadian tersebut bukan saja berimbas makin hilangnya kepedulian mereka kepada bangsa dan negara, tetapi akan menjadikan generasi muda mudah di kendalikan dan di setir oleh para kaum penjajah.


Kekhawatiran hilangnya jati diri bangsa ini sejak dulu sudah di ingatkan oleh para leluhur Nusantara melalui nasehat eling lan waspada.


Menghadapi kehidupan maju dan modern, Eling bukan sekedar mengingat sebuah nasehat tetapi mengingat dalam konteks kehidupan universal yang lebih luas.


Yaitu hubungan individu manusia dalam kehidupan bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara.  Serta hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan Sang Maha Pencipta-Nya.


Dalam hubungan bermasyarakat, kita sejak kecil di ajarkan budaya perilaku saling menghormati antar sesama. Juga saling menghormati dan menjaga hubungan manusia dengan mahkluk lain ciptaan Tuhan.


Perilaku hidup saling menjaga dan menghormati tersebut sudah di lakukan oleh bangsa Nusantara sejak ribuan tahun silam bukan tanpa sebab. Karena para leluhur Nusantara memahami betul bahwa untuk menjaga keberlangsungan alam semesta, manusia harus baik untuk diri sendiri maupun mahkluk lain.


Budaya menghormati dan menghargai sudah di ajarkan sejak kita masih kecil. Selama ribuan tahun budaya tersebut di jaga secara turun temurun oleh para leluhur Bangsa Nusantara, sehingga menjadi karakter masyarakat yang berbudi pekerti, serta mendasarkan nilai nilai budaya pada cipta, rasa dan karsa.


Tiga hal yang ada dalam diri manusia yaitu intelektual, emosional dan spiritual.


Dalam konteks yang lebih luas, budi pekerti adalah menjunjung tinggi nilai nilai kearifan yang ada di tengah Masyarakat. Sehingga masing masing suku di Nusantara memiliki karakter budi pekerti yang bersumber dari ajaran luhur kebaikan dan keseimbangan alam semesta.


Ajaran luhur kebaikan dan keseimbangan alam semesta tersebut adalah bentuk kesadaran bangsa Nusantara terhadap Tuhan Sang Maha Kuasa, bahwa semua kehidupan yang ada di alam semesta ini berjalan atas kehendak Tuhan.


Sedangkan waspada adalah kesadaran timbulnya sebab dari suatu akibat, atau perilaku kita sebagai manusia yang kerap mengedepankan nafsu dalam segala hal. Melalui sikap hidup waspada, para leluhur Nusantara mengingatkan kepada para anak cucu dampak dari sebuah perilaku kehidupan. Baik buruk perilaku itu tetap akan memiliki akibat.


Dalam konteks yang lebih luas dampak tersebut tidak hanya berimbas kepada masyarakat, bangsa dan negara, tetapi juga alam semesta.


Kesadaran eling lan waspada dalam konteks sejarah adalah mengingatkan kita para generasi muda tentang kepribadian, jatidiri dan karakter bangsa Nusantara yang harus di pegang teguh, di jaga dan di lestarikan.


Karena jika kita tidak ingat dan mewaspadai ekses hilangnya kepribadian, karakter dan jatidiri, maka masa depan bangsa ini akan gagal, jauh dari harapan cita cita para leluhur.


Oleh karena itu rencana pengembalian ribuan artefak dari Belanda hasil diplomasi Presiden Prabowo tentu sangat kita harapkan dan syukuri. Setidaknya akan menambah sebagian puzzle sejarah yang sudah sekian lama hilang dari bumi Nusantara.


Sekaligus akan mempertebal khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia Pendidikan di tanah air.


Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan di harapkan dapat memberikan akses kemudahan untuk para peneliti, lembaga pendidikan dan para pelestari sejarah, agar harta karun peninggalan sejarah yang tak ternilai tersebut memiliki guna bagi masyarakat, bangsa dan negara.   


Sebelumya di beritakan, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Belanda akan mengembalikan 30.000 artefak yang pernah dibawa dari Indonesia.


Pengembalian artefak tersebut di ungkapkan saat Presiden Prabowo bertemu Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda, pada Jumat (26/9/2025).



"Di Belanda saya diterima dengan sangat baik oleh Raja. Dan Belanda mengembalikan 30.000 item artefak. 30.000 item yang mereka bawa dari Indonesia dikembalikan ke kita," Jelas Presiden Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.


Belanda lanjut Presiden Prabowo, ingin memelihara hubungan baik dengan Indonesia.


Ratu Máxima imbuhnya lagi, akan datang ke Indonesia pada bulan November mendatang. Kedatangannya dalam rangka berdiskusi soal keuangan.