PARIWISATA- Bagi para wisatawan yang ingin berlibur ke Kota Solo,
alangkah baiknya mereka juga mengetahui jadwal kalender event tahunan tradisi
adat yang ada di Kota Solo. Sehingga saat berwisata mereka tidak hanya menikmati
lezatnya kuliner asli Solo, tetapi juga dapat melihat langsung perayaan adat tradisi
tersebut.
Dari sekian banyak perayaan tradisi adat yang ada di Kota Solo, metrosurakarta.com merangkumnya agar bisa di jadikan referensi oleh wisatawan saat berwisata di Kota Solo.
1.
Kirab Malam 1 Suro
Kirab malam 1 Suro merupakan tradisi adat hajad dalem
Keraton Kasunanan Surakarta yang di gelar bertepatan pada malam 1 Suro dalam penanggalan
kalender Jawa. Kirab malam 1 suro di
awali dari dalam Keraton Kasunanan Surakarta, di lanjutkan berjalan mengelilingi tembok beteng keraton
dari luar dengan menempuh jarak kurang lebih 4km.
Berbeda dengan tradisi malam satu suro di daerah lain, di
Kota Solo kirab pusaka malam 1 Suro di ringi Kebo bule Kyai Slamet, yang
merupakan hewan keramat di Keraton Surakarta.
Kirab malam 1 suro merupakan hajad dalem terbesar yang ada di kota Solo, sebab selain di ikuti para abdi dalem dan sentana dalem, masyarakat dari berbagai daerah akan datang berbondong bonding melihat jalanya prosesi kirab malam 1 Suro di Keraton Surakarta yang di laksanakan pada pukul 00.00 dinihari.
2.
Kirab Pusaka Pura Mangkunegaran.
Selain kirab kebo bule di Keraton Kasunanan Surakarta, Pura
Mangkunegaran yang juga sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam di Surakarta juga
menggelar prosesi kirab pusaka yang di mulai pada pukul 19.00 WIB. Start dari
Pura Mangkunegaran di lanjutkan jalan kaki mengelilingi pura lalu kembali finis
di Pura Mengkunegaran.
Pada proses kirab malam 1 Suro tersebut, di lakukan juga
tradisi jamasan pusaka sebagai bentuk rasa syukur Pura Mengkunegaran kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Pemberangkatan kirab malam 1 Suro biasanya di lepas langsung oleh KGPAA Mangkunegara selaku pemangku adat Pura Mangkunegaran.
3.
Sekaten merupakan tradisi adat keagamaan yang sudah di lakukan
sejak ratusan tahun silam. Tradisi adat dalam rangka memperingati lahirnya Nabi
Muhammad SAW ini di selenggarakan bertepatan pada bulan mulud dalam penanggalan
jawa, yang di gelar selama sepekan penuh di Masjid Agung Surakarta.
Pada perayaan sekaten ini, para wisatawan tidak hanya
mengenal lebih dalam tradisi Islam Nusantara dengan balutan budaya khas Jawa,
namun juga dapat melihat gamelan keramat milik Keratonm Kasunanan Surakarta.
Selain itu wisatawan juga dapat menikmati lezatnya makanan tradisional asli
Solo, sembari mendengarkan lantunan gending jawa dari suara gamelan sekaten
yang di tabuh oleh para abdi dalem. Yang menarik selain jajanan tradisional, juga
ada mainan tradisional yang saat ini sudah langka atau jarang di temui di toko
toko mainan.
Pada puncak perayaan Sekaten akan di tandai dengan keluarnya dua buah gunungan sebagai tanda berakhirnya perayaan Sekatena tau yang akrab di sebut dengan nama Grebeg Mulud. Saat puncak perayaan tersebut, ribuan orang dari berbagai daerah di Kota Solo dan sekitarnya akan datang berbondong melihat jalanya prosesi kirab gunungan, sekaligus mereka berebut hasil bumi yang ada pada gunungan untuk ngalap berkah.
4.
Syawalan
Tradisi Syawalan di gelar sepekan setelah perayaan Hari Raya
Idul Fitri yang di selenggarakan di Solo Safari. Pagelaran budaya yang di kemas
melalui kirab budaya gunungan ketupat ini mengambil tokoh Joko Tingkir. Pekan Syawalan
di Solo Safari di gelar sejak kebun Binatang tersebut masih di Kelola oleh
Pemerintah Kota dengan nama Kebun Binatang Taman Jurug.
Kini setelah pergantian pengelolan berubah menjadi Solo Safari, kirab syawalan di taman jurug masih terus di selenggarakan. Para pengunjung yang datang melihat perayaan syawalan tidak hanya akan melihat kirab tradisi, tetapi juga dapat melihat berbagai satwa di Solo Safari.
5.
Kirab malam selikuran di Keraton Solo di selenggarakan bertepatan
saat bulan puasa pada malam ke 21. Kirab
ini di selenggerakan sebagai bentuk tradisi keagamaan untuk menyongsong datanganya
malam Lailatul qodar.
Pada kirab malam selikuran, para abdi dalem Keraton Surakarta membawa lampu ting atau lampion sebagai symbol datangnya malam penuh berkah seribu bulan. Selain lampu ting, para abdi dalem juga membawa jodang yang berisi nasi tumpeng. Pelaksanaan kirab di awali dari Keraton Solo dan berakhir di Taman Sriwedari.
Adeging Mangkunegaran adalah event budaya yang di selenggarakan
oleh Pura Mangkunegaran bertempat di halaman pamedan Mangkunegaran. Selaras
dengan namanya, Adeging dalam bahasa Indonesia artinya berdiri, jadi Adeging
Mangkunegaran sama halnya memperingati berdirinya Pura Mangkunegaran.
Perayaan yang di kemas dalam balutan tradisional dan modern ini selain melestarikan tradisi yang ada di dalam
Pura Mengkunegarn, juga di kemas dalam bentuk ekonomi kreatif agar memiliki
efek terhadap UMKM dan pelaku wirausaha di Kota Solo.
Selain kemasan pembangunan ekonomi kreatif, juga pagelaran
hiburan yang menampilkan para penyanyi dan artis, sehingga mampu menajdi daya
pikat bagi para wisatawan baik local maupun mancanegara.
Demikian enam event tradisi berkaitan dengan budaya kearifan lokal di Kota Solo yang bisa menjdai rujukan para wisatawan saat berkunjung ke Kota Solo.
(red)