Dr.Anggoro Panji Nugroho,MM
SEJARAH- Keinginan
Kementerian Kebudayaan yang akan menulis ulang sejarah Indonesia tak urung mengundang kontroversi. Sebagian beranggapan
penulisan ulang sejarah tersebut akan dijadikan komoditi politik kekuasaan,
namun ada juga yang menegaskan pentingnya menggali ulang sejarah bangsa.
Banyaknya
perdebatan dan kontroversi terkait penulisan ulang sejarah tersebut tak lepas
dari semua kepentingan yang ada. Meski secara umum mereka yang pro dan menolak
memiliki argument masing masing, akan tetapi segala hal yang ada di negeri ini seakan
selalu larut jadi bahan kontroversi.
Jika menilik
perkembangan teknologi yang ada saat ini, tak di pungkiri banyak berita hoaks
terkait sejarah palsu di media sosial. Sehingga jika tidak kita waspadai
bersama maka akan berdampak serius pada nilai nasionalisme dan kebangsaan, khususnya
di kalangan para generasi muda.
Narasi
perusakan dan pembelokan sejarah Nusantara dari masa kerajaan sampai dengan
kemerdekaan seakan menjadi sampah di media sosial. Lemahnya masyarakat dalam
mengakses sumber literasi, serta hilangnya manuskrip manuskrip kuna milik
bangsa Nusantara di era kolonialisme membuat bangsa ini seakan berdiri tanpa
ruh.
Pemerintah
melalui kementerian terkait harus memberikan akses literasi sejarah seluas
luasnya untuk masyarakat. Kemudahan akses dunia digital terhadap literasi
sejarah juga akan jadi edukasi yang baik untuk masyarakat. Edukasi harus di
lakukan melalui sumber data literasi yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah
dan kesejarahan.
Alih bahasa
dan digitalisasi manuskrip harus di lakukan secara massif, agar generasi muda
dapat mengenal dan memahaminya. Kritik dan masukan tentu harus di sikapi oleh
pemerintah bagian dari kebebasan berpendapat, agar penulisan ulang sejarah
Indonesia benar benar dapat di pertanggung jawabkan.
Banyak
aspek dapat diambil dari penulisan ulang sejarah Indonesia, jika kita sebagai
generasi penerus mengedepankan nilai nilai kebangsaan. Adu data dan argument ilmiah
dalam dunia akademik terkait persoalan sejarah itu adalah hal yang wajar.
Namun
semua itu tentu dapat disatukan jika kita merujuk pada kepentingan yang lebih
besar yakni, kepentingan bangsa dan negara, terang Ketua Pusat Lembaga
Kabudayan Jawi (PLKJ) Dr. Anggoro Panji Nugroho, M.M.
Ketua PLKJ Undha AUB Surakarta menambahkan pentingnya dunia pendidikan dan para akademisi kembali pada ruh yang di tanamkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan yang baik harus berpijak pada prinsip kabangsaan.
Jikalau pengajaran tersebut tidak berdasar kenasionalan maka anak anak akan
jauh kecintaanya pada bangsa. Mereka makin lama akan terpisah atau bahkan bisa
menjadi lawan.
Saat ini kita mulai merasakan lunturnya nasionalisme
tersebut. Sebab banyak generasi muda semakin mengagumi produk dan budaya dari luar
atau asing.
Jika kita semua sadar dan mau
mengedepankan prinsip kebangsaan, perbedaan argument ilmiah dalam penulisan
sejarah tentu dapat di minimalisir. Mengingat kondisi bangsa saat ini terkait
dengan isu sejarah sangat memprihatinkan.
Perusakan dan pembelokan sejarah Nusantara
tidak hanya sebatas pada isu semata, namun sudah mengarah ke persoalan sosial di
masyarakat. Hal itu tentu harus bisa di sikapi dengan bijak oleh Pemerintah.
Banyak isu kepentingan terkait penulisan
ulang sejarah Indonesia. Tidak hanya berkaitan dengan politik dan kekuasaan,
namun bisa juga kepentingan politik luar. Oleh karena itu dalam penulisan
sejarah Indonesia nanti, pemerintah harus bijak dan sangat hati hati.
Memperbanyak kajian data dan
masukan dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal dalam hal ini
kalangan sejarahwan, akademisi, masyarakat adat, para pelestari pemerhati
sejarah Nusantara, serta elemen masyarakat lainya.
Sebab untuk menulis sejarah
atau historiografi bukan sebuah proses yang mudah, karena kita tidak hidup pada
masa masa tersebut. Merekonstruksi sebuah peristiwa masa lalu tentu harus
banyak melibatkan pengumpulan data, analisis bukti, interpretasi, dan
penyusunan narasi sejarah.
Ketua
PLKJ berharap rakyat dan pemerintah bersatu. Karena tantangan bangsa ini kedepan
akan semakin berat, apalagi kondisi perkembangan geo politik saat ini, juga akan
menambah beban bangsa semakin berat.
Persatuan
dan kesatuan modal utama kekuatan bangsa untuk bisa maju mengatasi segala
persoalan yang ada. Sebab hanya dengan modal persatuan kita kuat, berdiri kokoh
sebagai bangsa besar di dunia./ Tok