Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

metrosurakarta
10/29/2025, 10/29/2025 WIB
Last Updated 2025-10-29T01:10:00Z
SEJARAH

Dr. Anggoro MM: Sumpah Pemuda Momentum Bangsa Ini Kembali Pada Semangat Gotong Royong

Advertisement
Dr. Anggoro Panji Nugroho,M.M, Ketua Yayasan Karya Dharma Pancasila


SEJARAH- Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober hendaknya menjadi momentum bagi para generasi muda untuk kembali pada semangat sumpah pemuda yakni, bersatu melalui semangat gotong royong.


Peristiwa sejarah yang melatar belakangi sumpah pemuda adalah untuk menyatukan semangat perjuangan demi meraih kemerdekaan dan isu isu Pendidikan. Bahwa sebuah perjuangan kemerdekaan tidak hanya di raih dengan senjata, tetapi pendidikan adalah cara bagi bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan.  


Untuk itulah pada peringatan sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, organiasasi pemuda pemudi di seluruh Indonesia menyatukan sikap berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu yakni Indonesia. Esensi dari sikap tersebut adalah membangun persatuan dan gotong royong menuju Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan.


Semangat sumpah pemuda 28 Oktober sekarang ini seakan hanya menjadi kenangan sejarah peristiwa, bukan lagi sejarah yang memiliki semangat dan esensi perjuangan. Sebab sebuah perjuangan itu sampai kapanpun tidak akan pernah berhenti, apalagi berjuang terbebas dari belenggu penjajahan.


Oleh karena itu untuk mengenang dan mengambalikan kembali semangat sumpah pemuda khususnya kepada generasi muda sekarang ini, metrosurakarta.com melakukan wawancara kepada salah seorang cucu tokoh dunia Pendidikan di Kota Solo sekaligus akademisi Universitas Dharma AUB Surakarta, Dr. Anggoro Panji Nugroho, M.M.

 

Apakah momentum peringatan sumpah pemuda tahun ini masih memiliki semangat gotong royong ?


Jika kita melihat kondisi bangsa sekarang ini, hal yang paling mendasar adalah hilangnya semangat dan rasa gotong royong, khususnya masyarakat yang ada di wilayah perkotaan. Karena pusat pusat pemerintahan lebih banyak berada di perkotaan, sehingga semua muara kebijakan tentu akan berasal dari sana.


Lantas pertanyaanya apakah di daerah tetap masih memiliki budaya gotong royong? Jawabanya bisa ya, bisa tidak.


Karena antara masyarakat perkotaan dan daerah sekarang sudah tidak ada lagi bedanya. Dunia internet tak membatasi satu lingkup wilayah, dimana daerah memiliki akses jaringan internet, maka masyarakat akan dengan mudah mengakses semua informasi.


Hal ini menandakan antara kota dan desa sudah tidak ada lagi batas wilayah dalam jaringan.


Derasnya arus informasi yang masuk tanpa filter harus di sikapi dengan bijak dan serius. Sebab banyak ideologi dari luar melakukan paparan atas nama hak asasi dan kebebasan berpendapat. Hak asasi dan kebebasan berpendapat memang harus di junjung tinggi, namun jangan sampai hak asasi dan kebebasan tersebut menjadi pisau yang mengikis rasa kegotong royongan.


Karena kita memiliki nilai nilai Pancasila dalam menyatakan kebebasan berpendapatan. Bebas berpendapat namun tetap mengedepankan ahklak, adab dan budi pekerti. Saling menjaga dan tenggang rasa, bukan bebas sebebas bebasnya atas nama hak asasi.


Bangsa Indonesia lahir dari sejarah bangsa Nusantara yang memiliki adat ketimuran, menjunjung tinggi nilai nilai toleransi, bukan bangsa barat yang bebas dan individualisme. Kesadaran kembali pada sejarah bangsa tersebut sangat penting, begitupun di moment peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.


Kita harus mengenang dan mengambil nilai dari sejarah sumpah pemuda. Esensi sumpah pemuda sebenarnya mengajak seluruh anak bangsa bersatu dan menjalin gotong rotong untuk Indonesia merdeka. Semangat Bersatu dan gotong royong tersebut harus terus di gaungkan agar rasa mencintai dan menjaga melekat sepanjang masa.


Falsafat para leluhur Nusantara sebenarnya nilai yang harus di pegang teguh agar generasi muda mampu menjadi dirinya sendiri, sebagai generasi Nusantara yang berbudi pekerti luhur. Falsafat ini tidak hanya mampu mengasah talenta, namun juga intelektual dan religius.


Semangat sumpah pemuda juga mencerminkan kebhinnekaan yang saling menghargai antara satu dengan yang lain, bukan mementingkan kepentingan sendiri, kelompok dan golongan.


Bagaimana bangsa ini menyikapi krisis gotong royong yang ada saat ini ?


Negara ini memiliki pemerintahan, setiap kebijakan yang di ambil harus selaras dan sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Krisis gotong royong tidak hanya menghilangkan rasa persatuan dan kesatuan, namun lebih dari itu seluruh sendi sendi negara yang di bangun dari rasa kebersamaan akan retak jika kita tidak menyadari betapa penting rasa gottong royong bagi bangsa ini.


Indonesia adalah negara kesatuan yang berisi ribuan pulau, ratusan suku dan Bahasa yang masing masing memiliki kearifan sendiri sendiri. Seluruh perbedaan tersebut di satukan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di bingkai dalam Bhinneka Tunggal Ika.


Jika bingkai dan kerangka pemersatunya yaitu gotong royong retak, maka jurang perpecahan semakin lama akan semakin menganga.  Untuk itu pada momen peringatan hari sumpah pemuda tahun ini, bangsa Indonesia harus kembali pada semangat gotong royong. Memegang teguh nilai nilai Pancasila sebagai dasar negara yang harus di implementasikan dalam setiap perilaku kehidupan.

 

Apa yang menyebabkan bangsa ini terpuruk dalam krisis multi dimensi?


Para pendiri bangsa sudah meletakan dasar atau pondasi negara adalah Pancasila. Puluhan tahun sejak Indonesia Merdeka, Pancasila terus di rongrong oleh ideologi kiri dan kanan. Pondasi tersebut di goyang agar Indonesia terpecag belah. Rongrongan itu tidak pernah berhenti, bahkan pasca reformasi seiring dengan keterbukaan dan kebebasan demokrasi, semakin banyak ideologi asing masuk ke Indonesia, merongrong dan ingin menguasai negara yang super kaya raya ini.


Sejarah mencatat, ratusan tahun hasil bumi Nusantara di rampok oleh penjajah. Puluhan tahun di kuras oleh pejabat pajabat rakus dan korup, tetapi sampai saat ini Indonesia masih tetap kaya raya.  Hal inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi incaran negara asing untuk di kuasai.


Pernyataan Presiden yang menegaskan siap melawan para mafia dan koruptor menandakan bahwa, kondisi bangsa ini sebenarnya sedang tidak baik baik saja, alias sakit yang sangat parah.


Semua itu terjadi karena sikap individualisme, mementingkan dirinya sendiri. Tidak lagi memiliki rasa gotong royong dan kebersamaan. Oleh sebab itu sekali lagi, peringatan hari sumpah pemuda seharusnya menjadi momentum bagi bangsa ini untuk kembali ingat pada sejarah bangsa.


Ke engganan kita menengok sejarah leluhur bangsa Nusantara membuat bangsa Indonesia terjebak dalam dilema jatidiri. Tak lagi memiliki karakter sebagai bangsa timur yang penuh adat sopan satun, saling menghargai dan menghormati.


‘ Kita harus membangun semangat dan merajut kembali gotong royong, memperkuat pondasi dasar negara sebagai ideologi yang harus di pegang teguh, bukan hiasan dinding bergambar garuda. Karena sejatinya hanya dengan memperkuat ideologi negara. Bangsa Indonesia dapat menuju kejayaan dan kemakmuran yang di cita citakan bersama’ Pungkasnya.  

(Tok)