BUDAYA-Sejak pagi
ribuan masyarakat dari berbagai daerah di Klaten dan sekitarnya, tidak sabar menunggu
pembagian ribuan kue apem yang disebarkan dari dua buah gunungan pada saat perayaan
tradisi adat Yaa Qowiyu.
Yaa Qowiyu
merupakan tradisi adat yang di gelar di sebuah tanah lapang atau ara ara yang berada
tak jauh dari makam Ki Ageng Gribig. Yaa Qowiyu atau tradisi sebaran apem merupakan
tradisi adat untuk mengenang sosok Ki Ageng Gribig sebagai ulama penyebar siar
Islam di daerah Jatinom, Klaten.
Sebaran apem YaaQowiyu di selenggarakan bertepatan pada bulan sapar dalam penanggalan jawa yang
jatuh pada hari Jumat selepas ba’da dzuhur, sebagai puncak perayaan Yaa Qowiyu.
Sebelumnya
panitia Yaa Qowiyu dari P3KG (Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig)
menyelenggarkan kirab gunungan apem dan keramaian pasar malam yang di pusatkan di
kota Kecamatan Jatinom.
Apem yang di
kirabkan untuk gunungan berasal dari sumbangan warga masyarakat yang ingin
ngalap berkah atas penyelenggaraan tradisi Yaa Qowiyu.
‘Selain apem
gunungan, pihak panitia juga menerima sumbangan apem yang nantinya djuga akan di
bagi bagikan kepada masyarakat saat sebaran apem’ Ujar salah satu pengurus
P3KAG kepada metrosurakarta
Bagi masyarakat
yang datang untuk ngalap berkah, apem yang di peroleh dari tradisi Yaa Qowiyu akan
jadi berkah tersendiri bagi mereka.
“ Apem ini berkah
bagi saya mas, nanti akan saya simpan dulu sampai kering, setelah kering saya
campurkan pupuk tanaman untuk kesuburan“ Kata Ngatini, salah satu warga Klaten
Sementara itu menurut
cerita, Yaa Qowiyu berawal pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusumo saat
Ki Ageng Gribig sekembalinya dari mekkah membawa oleh oleh berupa kue Gimbal.
Kue tersebut oleh
Ki Ageng Gribig di bagikan kepada para santri dan tetangganya. Namun di
karenakan banyaknya warga yang meminta, Ki Ageng Gribig lantas menyuruh istrinya
membuat adonan kue yang di campur dengan kue gimbal. Dari adonan tersebut maka
jadilah kue apem.
Setelah kue
selesai di olah selanjutnya di bagikan kepada warga masyarakat, namun sebelum
di bagikan oleh Ki Ageng Gribig, ia lebih dulu membaca doa Yaa Qowiyu yang
artinya memohon kekuatan kepada Tuhan.
Sementara itu nama apem sendiri berasal dari kata afun yang memiliki makna silaturahmi saling maaf memaafkan.
(Tok)