SEJARAH-Di masa pemerintahan Paku Buwono ke X, Keraton Kasunanan Surakarta mengalami masa keemasan dan kejayaan yang sangat luar biasa. PB X tak hanya di kenal sebagai salah satu raja terkaya di Nusantara, tetapi namanya juga sangat kesohor di lingkungan kekuasaan monarki negara negara di dunia.
Keberhasilan Paku Buwono X dalam mengelola pemerintahan tersebut tak lepas dari peran salah satu sosok bernama Raden Tumenggung Atmadiningrat, abdi dalem nayaka gedong kiwa yang bertugas membantu raja mengelola jalannya pemerintahan.
Dalam sebuah catatan berbahasa jawa berjudul ‘ Sedanipun Atmadiningrat’ ( Wafatnya Atmadiningrat), di kisahkan sosok Raden Tumenggung Atmadiningrat yang wafat di usia 62 th malam ahad, tanggal 12 Rabiulakir tahun jawa Jimakir 1858 atau 8 Oktober 1927 jam 10.10 WIB, dimakamkan di Dusun Tirip, Gatak, Sukoharjo. Ia jatuh sakit karena terserang penyakit influenza sampai akhir hayatnya.
BACA JUGA : Mengulik Peran Raja Surakarta Dalam Perjuangan Kemerdekaan 1945
Saat itu para pelayat yang mengantar jenasah Atmadiningrat sangat banyak sekali, hampir seluruh abdi dalem se-Surakarta ikut melayat ke tempat peristirahatanya yang terakhir.
Dalam sambutanya selaku pengageng parentah keraton kala itu, Bandara Kanjeng Pangeran Arya Kusumayuda menyampaikan, jika ia sama sekali tak menyangka bila Raden Tumenggung Atmadiningrat wafat tak selang lama setelah sakit.
Bandara Kanjeng Pangeran Arya Kusumayuda mengakui bahwa dirinya merasa sangat kehilangan seorang teman, tetapi juga pembantu utamanya yang setia setiap saat dapat diandalkan merampungkan persoalan pemerintahan.
Bahkan saat awal pertama kali dirinya di tunjuk sebagai pengageng parentah keraton, dan sama sekali belum memahami tugas dan kewajiban apa yang harus di lakukan, Raden Tumenggung Atmadiningrat-lah yang saat itu menjadi tempat bagi dirinya bertanya.
Di karenakan ia sudah lama mengabdi di Keraton Kasunanan, serta mengetahui seluruh seluk beluk keadaan yang ada di dalam Keraton. Tak heran jika Atmodiningrat menjadi tempat bertanya orang orang yang ada di keraton.
Setelah sunat, Raden Tumenggung Atmadiningrat mengabdi di Keraton Surakarta. Selama itu pula pangkatnya terus naik, sampai akhirnya ia menjabat sebagai bupati gedhong kiwa. Pengabdian Atmadiningrat di Keraton Surakarta lebih dari 45 tahun, di mulai sejak masa pemerintahan Paku Buwono ke IX yang kala itu dia di beri tanggung jawab mengelola keuangan.
Selanjutnya setelah peralihan kekuasaan dari PB IX ke PB X, Atmadiningrat tetap di mengabdi menangani berbagai hal dari yang biasa sampai dengan hal yang paling penting, serta masih memiliki tanggung jawab mengelola keuangan.
Dalam menjalankan tugas dan kewajiban, Ia di kenal berperilaku sangat baik, rajin dan adil. Selama menjalankan tugas dan kewajibanya, Atmadiningrat tidak pernah pandang bulu kepada bawahanya yang salah dan keliru pasti akan di marahi. Setelah di marahi kemudian dinasehati agar kedepan menjadi lebih baik lagi.
Selama menjabat sebagai abdi dalem bupati, Raden Tumenggung Atmadiningrat memperoleh anugerah Bintang Sri Nugraha Pangkat III atas dedikasinya dalam menjalankan tugas tugasnya yang di nilai lurus dan adil.
Ia di kenal juga sangat rajin, sebab selama 10 tahun Pangeran Arya Kusumayuda menjabat pengageng parentah keraton, selama itu pula Raden Tumenggung Atmadiningrat tidak pernah absen dari tugas dan kewajibanya.
Meski sakit atau ada keperluan pribadi lainya, ia lebih mementingkan tugas tugasnya.
Selama mengabdi di pemerintahan seakan semua kewajiban sudah pernah dia jalani, dari mulai pangkat kecil sampai pangkat besar. Oleh karena itu dalam kenanganya, Pangeran Arya Kusumayuda menyampaikan rasa duka sangat mendalam, seakan ia kehilangan sosok orang tua yang selama ini setia membimbingnya.
Dari sebuah sumber catatan silsilah di terangkan, Raden Tumenggung Atmadiningrat memiliki nama lengkap KRMT Soedarmadi Atmadiningrat. Ia merupakan putra tertua 8 orang bersaudara yang lahir dari pasangan R Ng Atmosuharto dengan istri ke II bernama Bandara Raden Ayu Atmosoeharto, putra Raden Mas Arya Soerya Hadiwinoto, putra KGPAA Mangkunegara II.
Sedangkan dari istri pertamanya R Ng Atmosoeharto memiliki 5 orang putra, salah satunya bernama Raden Ayu Adipati Sedah Mirah.
Raden Tumenggung Atmodiningrat berputra 10 orang diantaranya, KRMT Soekadi Mangkoedipoero, RM Soehadi Mangkoemoro, R Ay Suhapti, RM Soejadi Darsokoemoro, RM Soejoto Sastrosoejoto, RM Soejono, R Ay Soekasti Djogosadono, RM Soetrono, RA Roestini dan R Ng Soetarman Wignyosoeharto atau Atmokartiko.
(berbagai sumber)