Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

metrosurakarta
11/11/2025, 11/11/2025 WIB
Last Updated 2025-11-11T03:29:15Z
Metrokota

Soeharto, Mantan Penguasa Orde Baru Peroleh Gelar Pahlawan Nasional

Advertisement

Foto  Soeharto mengenakan seragam militer / Foto : Metrosurakarta

METROKOTA - Mantan penguasa orde baru, Soeharto, akhirnya di berikan gelar pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto di Jakarta, Senin (10/11/2025). Pemberian gelar pahlawan tersebut bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 2025.


Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025 tanggal 6 November 2025, sebagai bentuk penghargaan negara atas jasa-jasa luar biasa para tokoh dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.


Kesepuluh tokoh yang di anugerahi pahlawan nasional diantaranya:


Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia;


Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan. Presiden ke-2 RI ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan berkat program REPELITA yang membawa Indonesia mencapai kemajuan signigfikan, termasuk swasemabada beras, menekan laju pertumbuhan penduduk, dan pengentasan kemiskinan, sehingga mendapatkan pengakuan Internasional dan Lembaga PBB;


Almarhumah Marsinah, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan. Marsinah adalah simbol keberanian moral dan perjuangan hak asasi manusia dari kalangan rakyat biasa;


Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, tokoh dari Provinsi Jawa Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Hukum dan Politik. Riwayat perjuangan dari Mochtar Kusumaatmadja yang paling menonjol adalah gagasannya tentang konsep negara kepulauan yang digunakan oleh Djuanda Kartawidjaya dalam mendeklarasikan djuanda tahun 1953;


Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, tokoh dari Provinsi Sumatera Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama, pendidik, dan pejuang kemerdekaan, yang dedikasinya paling menonjol dalam memelopori pendidikan perempuan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara;


Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Perjuangan militer Sarwo Edhie dimulai sebagai komandan kompi dalam TKR, selama periode Perang Kemerdekaan (1945-1949). Sarwo Edhie memimpin pasukannya dalam berbagai pertempuran;


Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin, tokoh dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi. Karyanya meliputi pembangunan Istana Bima, sekolah-sekolah agama dan umum, masjid besar, Bandara Sultan Muhammad Salahuddin, kitab Nurul Mubin, serta berbagai infrastruktur penting lainnya;


Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Pemikirannya mengenai penguatan pendidikan Islam berbasis pesantren serta gagasan “Hubbul Wathan Minal Iman” (cinta tanah air sebagai bagian dari iman) menjadi fondasi ideologis yang menggerakkan perjuangan para santri dalam melawan kolonialisme secara fisik dan kultural;


Almarhum Tuan Rondahaim Saragih, tokoh dari Provinsi Sumatera Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Dikenal sebagai “Napoleon dari Batak”. Di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim Saragih, Pasukan Raya di Simalungun mencatatkan riwayat perjuangan menonjol melawan kolonialisme Belanda, dengan fokus pada pertahanan kemerdekaan yang berhasil; dan


Almarhum Zainal Abidin Syah, tokoh dari Provinsi Maluku Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi. Zainal Abidin Syah memiliki peran penting dalam mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua Barat, agar tetap menjadi bagian dari NKRI.

 

Penyerahan gelar di terima oleh para ahli waris yang hadir mewakili para tokoh untuk menerima tanda penghormatan dari Presiden Prabowo Subianto. Kepala Negara menyerahkan secara langsung piagam dan tanda kehormatan negara kepada masing-masing ahli waris sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa besar yang telah diberikan oleh para pahlawan bagi bangsa dan negara.


Upacara penganugerahan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat dari Presiden Prabowo Subianto, diikuti oleh para tamu undangan kepada para ahli waris penerima gelar Pahlawan Nasional.

 

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Presiden Gibran Rakabuming, para pimpinan lembaga tinggi negara, para menteri Kabinet Merah Putih, para ketua umum partai politik, para ketua organisasi keagamaan, perwakilan Legiun Veteran Republik Indonesia, serta sejumlah kepala daerah dari berbagai provinsi.

 

Sementara itu menurut pengamat politik Rocky Gerung, penetapan mantan penguasa Orde Baru sebagai pahlawan nasional di katakan dia tidak perlu kontroversi.


“Memang tidak perlu kontroversi lagi, karena Lembaga survei sudah memutuskan 80% rakyat Indonesia memilih untuk memastikan bahwa Presiden Soeharto adalah pahlawan Nasional,” Kata Rocky, dikutip dari kanal youtubenya, Senin (10/11/25).


Namun menurutnya, penetapan gelar pahlawan nasional tersebut menjadi masalah tersendiri.


Pasalnya dihasilkan dari vote sebuah Lembaga survei. Sehingga politik pada akhirnya hanya ditentukan oleh sebuah hasil survei.


“Nah di situ problemnya, bahwa politik akhirnya hanya ditentukan oleh hasil survei,” Tegasnya


“Kita mulai menduga bahwa ada semacam upaya, bukan hanya sekedar memalsukan sejarah, tapi membuat Sejarah itu berubah menjadi permainan survei, sejarah menjadi permainan statistik. Sehingga politik di Indonesia semacam sedang di tuntun oleh algoritma Lembaga survey ” tambahnya.

(red/gt)